Latest Entries »

Shalat – Shalat Sunnah

Shalat-shalat Shunnah.
Sambil nyoba-nyoba upload artikel. Mengingat kita telah memasuki bulan suci Ramadhan 1429 H, maka saya ikut mencoba menyi’arkan salah satu tuntunan ibadah, yaitu shalat sunnah yang berjumlah 15 sebagaimana kita diwajibkan memperbanyak ibadah di bulan Suci ini.
Semoga artikel ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Amin.
Macam shalat sunah adalah :
1. Shalat Wudhu, Yaitu shalat sunnah dua rakaat yang bisa dikerjakan setiap selesai wudhu, niatnya :
Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ artinya : ‘aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah’
2. Shalat Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah bersabda
‘Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu’ (H.R. Bukhari dan Muslim). Niatnya :
‘Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat karena Allah’
3. Shalat Dhuha. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya minimal 2 maksimal 12. Dari Anas berkata Rasulullah ‘Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga’ (H.R. Tarmiji dan Abu Majah). Niatnya :
‘Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah’
4. Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya :
a. Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
b. Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu. Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah shalat Isya. Niatnya :
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah sesudah dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
5. Shalat Tahajud, adalah shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah malam. Dan setelah tidur. Minimal 2 rakaat maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan shalat ini, diterangkan dalam Al-Qur’an. ‘Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji’(Q.S. Al Isra : 79 ). Niatnya :
‘Ushalli sunnatal tahajjudi rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah’
6. Shalat Istikharah, adalah shalat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, apabila kita menghadapi dua pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan pada 2/3 malam terakhir. Niatnya :
‘Ushalli sunnatal Istikharah rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah’
7. Shalat Hajat, adala shalat sunnah dua rakaat untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat. Niatnya :
‘Ushalli sunnatal Haajati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah hajat dua rakaat karena Allah’
8. Shalat Mutlaq, adalah shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga tidak dibatasi jumlah rakaatnya. ‘Shalat itu suatu perkara yang baik, banyak atau sedikit’ (Al Hadis). Niatnya :
‘Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah’
9. Shalat Taubat, adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT, agar mendapat ampunan-Nya. Niatnya:
‘Ushalli sunnatal Taubati rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya : ‘aku niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah’
10. Shalat Tasbih, adalah shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan setiap malam, jika tidak bisa seminggu sekali, atau paling tidak seumur hidup sekali. Shalat ini sebanyak empat rakaat, dengan ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan satu salam, Jika dikerjakan pada malam hari dengan dua salam. Cara mengerjakannya
Niat :
‘Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa’ artinya ‘aku niat shalat sunnah tasbih dua rakaat karena Allah’
a. Usai membaca surat Al Fatehah membaca tasbih 15 kali.
b. Saat ruku’, usai membaca do’a ruku membaca tasbih 10 kali
c. Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal membaca tasbih 10 kali
d. Saat sujud, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali
e. Usai membaa do’a duduk diantara dua sujud membaca tasbi 10 kali.
f. Usai membaca doa sujud kedua membaca tasbih 10 kali.
Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada setiap rakaatnya sebanyak 75 kali. Lafadz bacaan tasbih yang dimaksud adalah sebagai berikut :
‘Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar’ artinya : ‘Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Akkah, Dzat yang Maha Agung’.
11. Shalat Tarawih, adalah shalat sunnah sesudah shalat Isya’pada bulan Ramadhan. Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan dalam hadis. ‘Yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, baik pada bulan ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat’ (H.R. Bukhari). Dari Jabir ‘Sesungguhnya Nabi saw telah shallat bersama-sama mereka delapan rakaat, kemudian beliau shalat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban)
Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan hal ini tidak dibantah oleh para sahabat terkenal dan terkemuka. Kemudian pada zaman Umar bin Abdul Aziz bilangannya dijadikan 36 rakaat. Dengan demikian bilangan rakaatnya tidak ditetapkan secara pasti dalam syara’, jadi tergantung pada kemampuan kita masing-masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat. Niat shalat tarawih :
‘Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa’ artinya : ‘Aku niat shalat sunat tarawih dua rakaat (imamam/makmum) karena Allah’
12. Shalat Witir, adalah shalat sunnat mu’akad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan dengan shalat tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah ‘Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang suka satu maka kerjakanlah’(H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah : ‘Adalah nabi saw. Shalat sebelas rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua rakaatdan yang penghabisan satu rakaat’ (H.R. Bukhari dan Muslim)
‘Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi ta’aalaa’artinya : ‘Aku niat shalat sunnat witir dua rakaat karena Allah’
13. Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu’akad (dianjurkan).’Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yang banyak, sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu ‘ pada Idul Adha – ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2)Dari Ibnu Umar ‘Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.’(H.R. Jama’ah). Niat Shalat Idul Fitri :
‘Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’
Niat Shalat Idul Adha :
‘Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:
a. Berjamaah
b. Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
d. Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
e. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua.
Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
f. Imam menyaringkan bacaannya.
g. Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at
h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul
Adha tentang hukum-hukum Qurban.
i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
j. Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha
sebaliknya.
14. Shalat Khusuf, adalah shalat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan atau matahari. Minimal dua rakaat. Caranya mengerjakannya :
a. Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan I’tidal membaca fatihah lagi kemudian ruku’ dan I’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
b. Disunatkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu gerhana bulan harus nyaring sedangkan pada gerhana matahari sebaliknya.
Niat shalat gerhana bulan :
‘Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah’
15. Shalat Istiqa’,adalah shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT. Niatnya ‘
‘Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa’ artinya : ‘Aku niat shalat istisqaa dua rakaat (imam/makmum) karena Allah’
Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :
a. Tiga hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat dengan berpusa dan meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu mengakibatkan hilangnya rejeki dan datangnya murka Allah. ‘Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka lebih dulu kami perbanyak orang-orang yang fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-hancurnya’(Q.S. Al Isra’ : 16).
b. Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan pergi kelapangan dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk shalat Istisqa’
c. Usai shalat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 X dan pada khutbah kedua 7 X.
Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu :
a. Khatib disunatkan memakai selendang.
b. Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
c. Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.
Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya

Shalat Tahajud adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh.
Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
A. Pembagian Keutamaan Waktu Shalat Tahajud
1. Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00
2. Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00
3. Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh.
B. Niat shalat tahajud:

Ushallii sunnatat-tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat shalat sunat tahajud dua rakaat karena Allah”

C. Doa yang dibaca setelah shalat tahajud:

Rabbanaa aatina fid-dun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa adzaaban-naar.

Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka.”

Dalam hadits Bukhari dinyatakan, bahwa rasulullah jika bangun dari tidurnya di tengah malam lalu bertahajud membaca doa:

Allahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawaati walardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu laka mulkus samaawaati wal ardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu nuurus samaawaati wal ardhi, wa lakal hamdu antal haqqu wa wa’dukal-haqqu wa liqaa’uka haqqun wa qauluka haqqun wal-jannatu haqqun, wan naaru haqqun, wan-nabiyyuuna haqqun, wa Muhammadun shallallaahu ‘alaihi wa sallama haqqun, waass’atu haqqun. Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alaika tawakaltu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfir lii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu wa maa asrartu, wa maa a’lantu antal muqaddimu wa antal mu’akhiru la ilaaha illa anta aula ilaaha gairuka wa laa haula quwwata illa billah.

Artinya: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta beserta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji, pemancar cahaya langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji, Engakaulah yang haq, dan janji-Mu adalah benar, dan surga adalah haq, dan neraka adalah haq, dan nabi-nabi itu adalah haq, dan Nabi Muhammad adalah benar, dan hari kiamat adalah benar. Ya Allah, kepada-Mulah kami berserah diri (bertawakal) kepada Engkau jualah kami kembali, dan kepada-Mulah kami rindu, dan kepada engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahan yang sudah kami lakukan dan sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan ynag terakhir. Tidak ada Tuhan melainkan Engkau Allah Rabbul alamin. Tiada daya upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”

D. Setelah itu, perbanyaklah membaca istigfar sebagai berikut:

Astagfirullaahal azhim wa atuubu ilaiih

Artinya: “Kami memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung dan kami pun bertaubat kepada-Nya”

E. Keutamaan Shalat Tahajud

Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

“Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Surga dengan selamat.” (HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad saw:

“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam.” (HR Muslim)

Selain itu, Allah sendiri juga berfirman:

Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji. (QS Al-Isra: 79)

Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR Muslim dan Ahmad)

“Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang saleh sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR Ahmad)

F. Kiat Mudah Shalat Malam/Qiyamullail

Agar kita diberi kemudahan bangun malam untuk melakukan shalat malam, cobalah tips-tips berikut ini:
1. Aturlah aktivitas di siang hari agar malamnya Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.
2. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
3. Hindari maksiat, sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Dengan begitu kita termotivasi untuk melaksanakannya.
5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
6. Baik juga jika janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone.
7. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga punya program tahajud bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.
8. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam beribadah kepadaNya.

KAIDAH PERTAMA
Allah I dan rasul-Nya tidaklah memerintahkan kecuali perkara yang murni atau rojih maslahatnya. Dan tidaklah melarang kecuali perkara yang murni atau rojih mafsadatnya.
Kaidah ini mencakup seluruh syari’at agama ini. Tidaklah ada sedikitpun dari hukum syari’at yang keluar dari kaidah ini. Tidak ada perbedaan antara yang berkaitan dengan pokok ataupun cabang dari agama ini. Sama saja apakah berhubungan dengan hak Allah I ataupun yang berhubungan dengan hak para hamba. Allah I berfirman :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS./ An nahl : 90)
Maka tidaklah tersisa satu keadilan pun dan tidak pula ihsan dan menjalin silaturahim kecuali telah Allah I perintahkan dalam ayat yang mulia ini. Dan tidak pula ada sedikitpun kekejian dan kemungkaran yang berlkaitan dengan hak Allah I, dan tidak pula kedzaliman kepada makhluk dalam darah, harta, dan kehormatan mereka kecuali telah Allah I larang. Dan Allah I telah memperingatkan para hambanya untuk memperhatikan perintah-perintah Allah I tersebut beserta dengan kebaikan dan manfaat yang ada di dalamnya sehingga mereka melaksanakan perintah tersebut. Dan supaya memperhatikan keburukan dan madharat yang ada dalam larangan-larangan Allah I tersebut sehingga mereka menjauhi larangan-larangan tersebut.
Demikian pula, Allah I berfirman :
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya. (QS. Al A’raf : 29)
Ayat ini telah mengumpulkan pokok-pokok perintah Allah I, dan menjelaskan tentang kebaikan perintah-perintah tersebut. Sebagaimana ayat setelahnya menjelaskan tentang pokok-pokok perkara yang haram, dan memperingatkan tentang kejelekan perkara-perkera haram tersebut. Yaitu firman Allah I:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَتَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al A’raf : 33)
Dalam ayat yang lain, tatkala Allah I memerintahkan untuk bersuci sebelum melaksanakan sholat, yaitu dalam firman-Nya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدُُ مِّنكُم مِّنَ الْغَآئِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَآءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al Maaidah : 6)
Pada ayat ini Allah I menyebutkan dua macam thaharah, yaitu thaharah dari hadats kecil dan hadats besar dengan menggunakan air, dan jika tidak ada air atau karena sakit maka bersuci dengan menggunakan debu. Kemudian Allah I berfirman ;
مَايُرِيدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maaidah : 6)
Pada ayat tessebut Allah I mengabarkan bahwa perintah-perintah-Nya yang agung termasuk sebesar-besar nikmat-Nya di dunia ini, dan nikmat tersebut berkaitan erat dengan nikmat-Nya nanti di akhirat.
Kemudian, perhatikanlah firman Allah I:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al Israa’ : 23)
Sampai firman-Nya :
ذَلِكَ مِمَّآ أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. (QS. Al Israa’ : 39)
Dan firman Allah I:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَاحَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَتَقْتُلُوا أُوْلاَدَكُم مِّنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَتَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَلاَتَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّباِلْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ {151} وَلاَتَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَنُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْكَانَ ذَاقُرْبَى وَبِعَهْدِ اللهِ أَوْفُوا ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ {152} وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS. Al An’am : 151-153)
Dan Allah I berfirman :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا {36} الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَآءَاتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا {37} وَالَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَآءَ النَّاسِ وَلاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلاَبِالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَآءَ قَرِينًا {38}
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. (QS. An Nisaa’ : 36-38)
Perhatikanlah apa yang terkandung dalam ayat di atas berupa perintah-perintah yang kebaikan serta maslahatnya yang lahir maupun yang baitin sampai pada puncak kebaikan, sampai pada puncak keadilan dan kasih sayang. Dan perhatikanlah larangan-larangan tersebut yang sangat besar bahayanya, sangat besar kejahatannya, serta tidak terhitung mafsadat yang ditimbulkannya. Ini semua termasuk sebesar-besar mu’jizat yang ada dalam Al Qur’an, dan juga mu’jizat Rasulullah r.
Semisal dengan ayat di atas, Allah I telah berfirman ketika mensifati hamba-hambanya yang utama dan terpilih :
وَعِبَادُ الرَّحْمَانِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (QS. Al Furqaan : 63)
Sampai firman Allah I:
أُوْلَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَاصَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلاَمًا {75} خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا {76}
Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al Furqaan : 75-76)
Dan Allah I berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (QS. Al Mu’minuun : 1)
Pada kelanjutan ayat ini Allah I menyebutkan beberapa sifat hambanya yang beriman, kemudian Allah I berfirman :
أُوْلاَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ {10} الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ {11}
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Mu’minuun : 10-11)
Demikian pula, Allah I berfirman :
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Ahzab : 35)
Maka sifat-sifat yang Allah I sebutkan tentang hamba-hambanya yang terpilih tersebut telah dimaklumi kebaikannya, dan telah difahami kesempurnaan serta manfaatnya yang besar.
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al Maaidah : 35)
Seluruh bagian yang ada dalam syari’at ini, baik berupa ibadah, muamalah, perintah untuk menunaikan hak yang bermacam-macam, semuanya merupakan cabang dan perincian dari penjelasan Allah I dalam ayat-ayat tersebut. Demikian pula, seluruh perincian yang disebutkan oleh para ulama’ berupa kebaikan dan manfaat yang ada dalam perintah-perintah Allah I, serta kejelekan dan mafsadat yang ditimbulkan dari perkara yang dilarang oleh Allah I, semuanya masuk dalam kaidah ini.
Oleh kerana itulah, para ahli fiqih menjelaskan illah (sebab) terhadap hukum-hukum yang diperintahkan dengan kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya. Dan sebab perkara-perkara yang dilarang dengan kejelekan-kejelakan yang ada di dalamnya.
Demikian pula, salah satu di antara empat dasar hukum Islam adalah qiyas. Di mana qiyas merupakan manifestasi dari keadilan, dan metode untuk mengetahui keadilan. Dan qiyas merupakan mizan (timbangan) sebagaimana firman Allah I:
اللهُ الَّذِي أَنزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ
Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). (QS. Asy Syuura : 17)
Qiyas merupakan upaya mengumpulkan hal-hal yang serupa dalam kebaikannya, atau hal-hal yang serupa dalam kejelekannya, kemudian diberikan satu hukum. Dan membedakan hal-hal yang saling berseberangan dan saling berbeda dengan hukum yang berbeda pula, sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Perintah Allah I yang maslahatnya murni dan larangan Allah I yang mafsadatnya murni dapat diketahui dari beberapa contoh berikut :
Sebagian besar hukum-hukum dalam syari’at ini mempunyai kemaslahatan yang murni. Keimanan dan tauhid merupakan kemaslahatan yang murni, kemaslahatan untuk hati, ruh, badan, kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan kesyirikan dan kekufuran bahaya dan mafsadatnya murni, yang menyebabkan keburukan bagi hati, badan, dunia, dan kahirat.
Kejujuran maslahatnya murni, sedangkan kedustaan kesebalikannya. Oleh karena itu, jika muncul maslahat yang lebih berar dari mafsadat yang ditimbulkan dari beberapa macam dusta, seperti dusta dalam peperangan, dan dusta dalam rangka mendamaikan manusia, maka Nabi r telah memberikan rukhshoh (keringanan) dalam hal ini dikarenakan lebih dominannya kebaikan yang ada di dalamnya.
Demikian pula, keadilan mempunyai maslahat yang murni, sedangkam kedzaliman seluruhnya adalah mafsadat.
Sedangkan perjudian dan minum khamr mafsadat dan bahayanya lebih banyak daripada manfaatnya, oleh karena itu, Allah I mangharamkannya. Allah I berfirman :
يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَآإِثْمُُ كَبِيرُُ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya”. (QS. Al Baqarah : 219)
Dalam hal ini, jika muncul maslahat-maslahat yang besar dari melaksanakan sebagaian perkara perjudian, seperti mengambil hadiah dari perlombaan pacu kuda, onta, atau lomba memanah, maka hal-hal seperti ini diperbolehkan dikarenakan di dalamnya terdapat upaya untuk persiapan jihad yang dengannya agama menjadi tegak.
Adapun mempelajari sihir, maka sihir hanyalah mafsadat semata-mata. Sebagaimana firman Allah I:
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ
Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. (QS. Al Baqarah : 102)
Demikian pula diharamkannya bangkai, darah, daging babi, dan semisalnya yang mengandung mafsadat dan bahaya. Jika maslahat yang besar mengalahkan mafsadat yang ditimbulkan dari memakan makanan yang diharamkan tersebut, yaitu disebabkan kadadaan darurat untuk bisa bertahan hidup, maka diperbolehkan memakannya. Allah I berfirman :
فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ ِّلإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمُُ
Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah : 3)
Pokok dan kaidah syari’ah yang agung ini dapat dijadikan dasar bahwa ilmu-ilmu modern, dan pekerjaan-pekerjaan di masa sekarang ini, serta bermacam-macam penemuan baru yang bermanfaat bagi manusia dalam urusan agama dan dunia meraka, hal-hal tersebut termasuk perkara yang diperintahkan dan dicintai Allah I dan Rasul-Nya, sekaligus merupakan kenikmatan Allah I yang diberikan kepada para hamba-Nya. Hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat manfaat yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan realisasi kesempurnaan nikmat dari-Nya. Oleh karena itu, adanya telegram beserta jenis-jenisnya, industri-industri, macam-macam penemuan baru, hal-hal tersebut sangat sesuai dengan implementasi kaidah ini. Perkara-perkara tersebut sebagiannya masuk dalam kewajiban, sebagiannya lagi masuk dalam perkara-perkara yang sunnah, dan sebagiannya lagi masuk dalam perkara yang mubah, sesuai dengan buah yang dihasilkannya dan amalan-amalan yang muncul darinya. Sebagaimana perkara-perkara tersebut juga bisa masuk dalam kaidah syar’iyah yang tercabang dari kaidah ini.

SHALATNYA TATA SURYA KITA

(Telaah Q.S. Al Yusuf : 12)

1.
SEKILAS KISAH NABI YUSUF A.S.

Dari beberapa sumber dikatakan bahwa Nabi Yaqub a.s memiliki 12 (dua belas) orang anak dari ke-empat istrinya. Salah satunya adalah Yusuf, yang merupakan buah hati dari hasil pernikahannya dengan Rahil.

Ke-dua belas anaknya yaitu ; Syam’unn, Lawi, Yahuza, Yasakir dan Zabulon dari pernikahannya dengan Laiya, Yusuf dan Bunyamin dari pernikahannya dengan Rahil serta dari ke-dua istrinya yang lain adalah Dan, Naftali, Jad dan Asyir (Ismail pamungkas ; Riwayat Nabi)

Sejak kecil Yusuf telah menampakkan ahlak yang baik dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, hal inilah yang menjadi salah satu kekaguman ayahnya (Nabi Yaqub a.s) sehingga ia sangat menyayangi Yusuf melebihi anak-anaknya yang lain.

Hal ini tentunya menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudara Yusuf yang lain, yang menganggap Nabi Yaqub a.s (ayahnya) pilih kasih terhadap mereka. Sehingga mereka tidak segan-segannya untuk mencelakai Yusuf.

Di suatu malam, Yusuf kecil bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, ia melihat ada sebelas benda angkasa, diantara sebelas benda angkasa tersebut adalah matahari dan bulan. Ke-sebelas benda angkasa itu, semuanya “bersujud” kepada Yusuf.

Ketika pagi tiba, Yusuf bergegas menemui sang ayah, Nabi Yaqub a.s, seorang nabi yang sangat bijaksana sehingga sangat dihormati oleh seluruh keluarga. Yusuf-pun menceritakan mimpinya itu kepada ayahanda tercinta.

“Wahai ayahku! Sungguh malam tadi aku bermimpi melihat sebelas benda angkasa (kaukab, matahari dan bulan), semuanya bersujud kepadaku!” kata Yusuf.

“Mimpimu indah sekali, nak! Itu bukti sayang Allah swt kepadamu!” jawab Nabi Yaqub a.s

“Ayah harap, kamu tidak menceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu!” lanjut Nabi Yaqub a.s

“Baik ayah!” jawab Yusuf.

Itu adalah salah satu kutipan dari kisah Nabi Yusuf a.s, seorang nabi yang mendapat karunia dari Allah swt. Ia adalah seorang pemimpin yang bijaksana, ahli strategi dan memiliki kemampuan untuk melihat kejadian di masa yang akan datang.

Dari kisah Yusuf ini pula kita mendapatkan sebuah “kalimat yang luar biasa” yang keluar dari perkataan Yusuf kecil.

Yusuf mengungkapkan mimpinya dengan menyebutkan, bahwa kaukab, matahari dan bulan bersujud kepadanya.

Mengapakah Yusuf membuat kesimpulan bahwa mereka (benda angkasa itu) bersujud? Apakah sama sujud mereka/benda angkasa itu ekspresinya dengan sujud kita dalam shalat?

Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan kita coba bahas, serta hal-hal lain yang terkandung dalam kisah mimpi seorang Yusuf kecil.

2.
MIMPI YUSUF

Dalam tulisan ini, akan diuraikan beberapa hal serta alasan, mengapa gerakan shalat yang kita lakukan, ekspresinya seperti yang kita lakukan sekarang dilihat dari sisi sains yaitu ada gerakan ruku’, I’tidal, sujud, duduk diantaa dua sujud dan duduk tasyahud.

Penulis berharap tulisan ini sedikit memberikan gambaran yang didasari rasa penasaran penulis terhadap ayat Al Qur’an, khususnya ayat 4 dari Q.S. Yusuf. Bagi penulis ayat ini sangat luar biasa yang bisa mengungkap beberapa hal dari sekian banyak yang selama ini masih menjadi tanda tanya.

Ayat ini adalah menjadi pondasi awal untuk mengungkap beberapa fenomena yang terjadi selama ini. Selain itu pengalaman penulis ketika mengajar di sebuah sekolah, banyak sekali pertanyaan para siswa saat itu yang sempat dan hampir tidak bisa dijawab secara logika. Meskipun tidak semuanya aturan/hukum Islam harus dibuktikan secara logika tetapi cukup dengan iman.

Beberapa pertanyaan yang sempat terlontar dari para siswa (mereka adalah siswa Sekolah Dasar, kelas 3 dan 4)

Mengapa shalat itu gerakannya seperti yang kita lakukan sekarang?

Mengapa shalat gerhana itu ada tambahan dua ruku, jika dua rokaat mengapa tidak seperti shalat shubuh saja?

Mengapa shalat jenazah itu tidak memakai ruku dan sujud?

Dan beberapa pertanyaan lain yang membuat penulis semakin penasaran untuk mengungkap jawabannya. Bayangkan pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari anak-anak yang usianya sekitar 9 atau 10 tahunan dan harus mereka fahami alasannya.

Mungkin bagi kita cukup dengan mengungkapkan salah satu hadits Nabi :

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR Bukhori)

Artinya, dengan iman saja kita cukup mendapatkan jawabannya, bahwa semua yang dilakukan Rasulullah pasti semuanya atas petunjuk dari Allah swt, jadi kita yakin dan percaya sehingga kita tidak perlu mempertanyakan lagi mengapa seperti itu caranya.

Dalam kesempatan kali ini penulis mencoba menelaah Q.S. Yusuf ayat 4, semoga saja uraian nanti akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang maksud ayat tersebut dan kaitannya dengan shalat yang kita lakukan saat ini, sehingga diharapkan akan menjadi salah satu hujjah yang bisa diterima, bukan hanya dikalangan umat muslim namun juga para umat lain di luar muslim.

Penulis hanya teringat salah satu Hadits Nabi yang berbunyi :

“Apabila seseorang diantara kalian berijtihad dan hasil ijtihadnya benar, maka dua pahala baginya, namun jika ternyata hasil ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala” (HR Bukhori Muslim)

Bagi penulis ijtihad bermakna mencurahkan segenap fikiran dan kemampuan kita untuk menghasilkan sesuatu. Jika upaya kita dalam mencurahkan fikiran dan kemampuan kita ternyata benar, maka akan ada dua pahala yang kita dapatkan, pertama dari niat dan usaha kita dan kedua dari hasil yang kita lakukan bermanfaat bagi orang banyak. Kalaupun ternyata hasil pemikiran dan kemampuan kita salah, minimal kita sudah mendapat pahala dari niat baik kita untuk mewujudkan upaya itu. Semoga saja ini menjadikan salah satu sumbangsih yang bermanfaat bagi kita semua, amiin.

Allah swt menceritakan tentang mimpi Yusuf yang terdapat dalam Q.S. Yusuf ayat 4, sebagai berikut :

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya bersujud kepadaku”

(Terjemah DEPAG)

Mengapa dalam firman Allah swt tersebut di atas menyebutkan benda – benda

angkasa tersebut bersujud, bagaimanakah bentuk sujud benda-benda tersebut.

Apakah sama ekspresi mereka dengan sujud yang biasa kita lakukan dalam

shalat kita? Dan mengapa pula dalam firman tersebut terungkap bilangan/angka
sebelas, mengapa jumlah/angka sebelas ini muncul?. Apa sebenarnya makna dibalik semua itu?

1.
KAUKAB/KAWAKIB ADALAH PLANET-PLANET

Apakah sebenarnya “Kaukab” itu?

Dari beberapa terjemah/tafsir yang Penulis temukan, kata “Kaukab” sering diartikan dengan bintang, sampai saat inipun penafsiran terhadap ayat tersebut belum mengalami perubahan. Sehingga kisah mimpi Yusuf yang difirmankan Allah swt dalam Q.S. Yusuf ayat 4 tersebut selalu dikatakan bahwa Yusuf bermimpi sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud kepadanya. Padahal di beberapa ayat, Allah swt menyebutkan kata bintang dengan kata “Najm/An Najm”

Jadi penulis berpendapat, Allah swt memberikan informasi kepada kita bahwa “Kaukab/Kawakib” adalah jenis benda langit yang lain dan bukan bintang.

Apalagi dari beberapa penafsiran yang penulis temukan, bahwa seolah-olah jumlah
bintang dalam mimpi Yusuf itu hanya berjumlah sebelas. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah bintang di alam semesta ini tak terhitung jumlahnya dan Allah swt tidak akan keliru menginformasikan segala sesuatu kepada kita. Semua firman Allah swt itu benar dan mutlak adanya.

Bahkan matahari kita pun termasuk dalam golongan bintang, jadi secara logika seandainya “kaukab” itu dimaknai “bintang” mungkin penyebutan “syams” yang berarti matahari tidak akan dicantumkan dalam ayat tersebut.

Bintang menurut pengertian ahli astronomi adalah, benda angkasa yang dapat mengeluarkan cahaya sendiri, karena matahari kita pun dapat mengeluarkan cahaya sendiri, maka ia termasuk golongan bintang. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Yunus ayat 5 :

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”

Dari ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa matahari sebagai sumber cahaya karena dapat mengeluarkan cahaya sendiri (bersinar) dan ini adalah salah satu sifat bintang sedangkan bulan hanya memancarkan/memantulkan cahaya (bercahaya) yang diterimanya dari matahari.

Menurut penulis, seandainya Allah swt ingin menjelaskan bahwa yang dimaksudnya adalah bintang, tentu akan menggunakan kata “Najm” seperti halnya pada ayat-ayat yang lain yang menjelaskan makna bintang itu sendiri.

Bahkan surat ke – 53 adalah Surat An Najm yang artinya Bintang. Dengan demikian kata kaukab dalam Q.S. Yusuf ayat 4 tersebut adalah benda lain selain bintang, yaitu planet.

Sehingga apabila kita memaknai kata “kaukab” ini dengan planet, maka kita

akan lebih memahami makna serta maksud dari ayat tersebut. Bahwa informasi yang disampaikan Yusuf lewat mimpinya adalah gambaran sistem tata surya kita. Hal inilah yang belum dan tidak disadari oleh kita khususnya umat Islam selama ini, karena masih terbelenggu dengan pemaknaan yang kurang jelas.

Dengan demikian kita bisa mengetahui, sebenarnya pengetahuan tentang tata surya kita sudah diinformasikan oleh Yusuf (Nabi Yusuf a.s) lewat mimpinya yang disampaikan kepada ayahnya, yaitu Nabi Yaqub a.s.

Sehingga pemaknaan dari Q.S. Yusuf ayat 4 adalah sebagai berikut :

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas benda angkasa yang terdiri dari “kaukab” (planet), matahari dan bintang, kulihat semuanya bersujud kepadaku”

Angka 11 (sebelas) yang diinformasikan Yusuf tidak merujuk pada jumlah kaukab/planet. Apalagi jika kita terjemahkan kaukab dengan bintang (sebelas bintang). Kita ketahui bahwa jumlah bintang di semesta alam ini tidak terhitung jumlahnya. Jadi sangat tidak relevan seandainya kita mengartikan kaukab dengan bintang.

Jadi informasi yang disampaikan Yusuf kepada kita (dalam mimpinya) adalah informasi tentang sistem tata surya kita. Kita ketahui bersama bahwa sistem tata surya kita terdiri dari Matahari sebagai pusatnya dan planet-planet yang mengitari matahari (Heliosentris)

Susunan tata surya kita sebagaimana yang kita ketahui adalah :

Matahari, Merkurius, Venus, Bumi (dan Bulan sebagai satelit bumi), Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto.

Jumlah total adalah sebelas, sama dengan informasi yang disampaikan Yusuf kepada kita dalam surat Yusuf ayat 4.

Dengan demikian pengetahuan tentang sistem tata surya/solar system berawal dari informasi yang disampaikan Yusuf, jauh sebelum orang-orang barat/ilmuwan barat menyampaikan akan hal ini.

Inilah yang menjadi landasan awal bagi penulis untuk mengungkap lebih dalam lagi tentang rahasia yang terkandung dalam Q.S. Yusuf ayat 4. Dari pemahaman bahwa kata “kaukab” adalah “planet” maka hal ini menjadi pintu untuk membuka rahasia-rahasia lainnya.

Tata Surya

Bumi dan Bulan adalah bagian dari sistem besar tata surya. Tata surya terdiri dari bintang bernama Matahari, 8 planet, planet katai, asteroid, komet. Secara kronologis, anggota tata surya berasal dari awan antar bintang yang terlibat dalam pembentukan Matahari.

Sebelum terbentuk, tata surya hanyalah awan antar bintang. Akibat ledakan dari bintang tetangga, awan antar bintang ini menjadi tidak stabil lalu mengerut.
Rotasi membuat awan antar bintang yang semula mengerut secara secara seragam ke pusat massa memipih. Awan yang semual berbentuk bola berubah bentuk menyerupai cakram. Pusat cakram dengan cepat memanas dan menjadi protobintang. Sementara di bagian lain cakram, material mengalami penggumpalan.
Angin dari protobintang membuat material ringan terhembus ke daerah luar sementara material yang menggumpal cenderung mempertahankan posisinya. Gumpalan ini kemudian teraggregasi membentuk protoplanet dengan lintasan tertentu.
Protobintang kemudian menjadi Matahari dan protoplanet berubah menjadi planet. Sementara bagian terluar dari awan antar bintang menjadi Awan Oort yang hingga sekarang dijadikan batas terluar tata surya.

Asal Usul Tata Surya

Banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya :

1. Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun 1775. Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga terbentuk.

2. Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.

3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.

4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil.

6. Teori Big Bang
Tetapi diantara semua itu, yang paling terkenal adalah Teori Big Bang.
Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:

1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.

Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.

Kesimpulan
Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:

1. Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata surya.Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.

2. Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi. 

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!